lee hyun-woo

(Hangul:이현우) (born March 23, 1993) is a South Korean actor best known for his roles in Queen Seondeok (2009) and To The Beautiful You (2012).













Sweet Escape to Semarang

Monika. Ya, saya biasa dipanggil teman-teman sekolah dan kampus dengan Monika. Di keluarga dipanggil lebih simple, Ata. Ah, sudahlah kalo biasa panggil Monika aja, supaya gak aneh. Oke, ini gak penting...dan random. Random. Kalo boleh dikasih nama tengah, karena menyematkan nama belakang selain nama ayah itu diharamkan maka kalau bisa saya pasti disematkan nama tengah 'Random'. 

Jalan-jalan cantik kali ini disponsori oleh kerandoman saya. Hari Kamis yang sebenarnya tidak selo saya berpikir, "Akan ke mana saya weekend ini?" dan terlintaslah ide, oh, ya, belum pernah ke Semarang! Saya bersegera buka kunci hape, bukan, bukan berniat jual hape buat jalan-jalan, tapi berniat menghubungi teman SMA yang kebetulan kuliah di Undip Semarang. Jadilah saya janjian dengan Dian namanya, teman Science One Syndicate semasa SMA di Bandar Lampung. 

Bermodal tanya-tanya kepada Dian, Iffa yang teman kampus saya, dan Vina yang teman kost, saya berangkat ke Semarang sendirian dengan entah kenapa hari itu saya menggunakan korsa BEM departemen Sosmas. Oke, itu tanpa alasan. Saya berangkat ke Semarang naik bis ekonomi yang hanya membayar 12.000 rupiah dari terminal Jombor, asal naik dan bayar tiketnya di atas bis. Sesampainya di Magelang baru tau kalo dioper bisa deh hehe, ini terminal sangat familiar, pasalnya ini terminal tempat berhenti bisa malam eksekutif tujuan Lampung berhenti cukup lama ketika saya pulang kampung ke rumah. Setibanya di Semarang yang memakan waktu kurang lebih 3 jam, saya turun dan menunggu jemputan di cantik Dian, Dayen begitu saya biasa memanggilnya. 

Saya dijemput dan hanya pulang untuk taruh barang dan langsung cuss pergi jalan-jalan. Objek pertama yang saya kunjungi adalah sebuah kelenteng Tionghoa. Gak ada yang aneh dengan kelenteng, di Jogja juga banyak. Tapi, kelenteng ini punya halaman yang cukup luas dan ada tamannya. Bisa juga masuk areal ibadahnya dan berfotoan ria di sana menggunakan pakaian adat ala-ala Tionghoa dengan membayar 20.000 rupiah. Tapi dasarnya mahasiswa otak anak Jogja, ya tidak mau bayar segitu, hehe. 




Tempatnya lucu dan pada dasarnya saya dari dulu cukup tertarik dengan budaya Tionghoa jadi makan waktu agak lama di sana.








Dilanjutkan objek selanjutnya yang tidak mungkin terlewatkan oleh semua orang yang berkunjung ke Semarang, Lawang Sewu. Sejak dulu sudah ingin sekali ke sana, karena arsitektur kolonialnya, karena mistisnya. Ya, saya orang yang kepo dan selalu penasaran. Saya datang ke sana suah hampir magrib sekitar pukul setengah 5an dan kami hanya berdua. Di sana membayar tour guide untuk keliling-keliling bangunan yang memiliki pintu banyaaaak sekali itu 20.000 berdua. Di sana kami diantarkan dan dijelaskan fungsi masing-masing ruang itu. Oke, itu sore hari dan perasaan saya makin menyebalkan, saya kesampingkan itu walau saya lihat betul apa-apa dan mas guide mengetuk pintu sebelum masuk ke beberapa ruangan. 



Mas guidenya baik, karena hanya berdua kami disuruh foto satu persatu. Sebelum menyuruh kami berpose untuk berfoto selalu saja "check sound dulu ya, mbak" oke mas! 







Ada ruangan penjara bawah tanah yang we knew it , right? Ruang bawah tanah bangunan Lawang Sewu yang aslinya merupakan ruang air sebagai pendingin bangunan di atasnya pada masa Belanda yang kemudian dijadikan penjara bawah tanah sadis oleh pemerintahan penjajahan Jepang. Saya dan Dian agak ragu apa kita berani, ya masuk ke ruang penjara bawah tanah itu apalagi di suana hampir magrib begini. Akhirnya dengan segenap keberanian dan kenekatan kami mendaftar untuk masuk ke ruang itu, dengan didampingi guide dan sepatu boot karena di ruang itu basah, ya seperti yang saya bilang beberapa detik yang lalu, kami siang menjelajah. 


Hanya di titik ini saya merasa saya aman untuk memotret

Ternyata ruang-ruang pendingin ruangan itu dialihfungsikan sebaga penjara sehingga banyak sekali ruangnya, ada penjara duduk di mana kotak yang hanya setinggi lutut manusi berukuran luas 1x1 meter persegi itu diisi air sampai pada batasnya dan berisikan 6 orang penduduk pribumi yang ditahan. Tanpa cahaya. Ini penjara pembunuhan secara psikis. Selanjutnya ada penjara berdiri, penjara ini sebenarnya hanya tembok dengan pemmbata tanpa pintum, tapi memang dasar picik diberlah pintu, sehingga ruangan yang hanya berukuran 80x80cm persegi itu diisi lagi-lagi oleh 6 orang pribumi.

Selanjutnya yang saya masih ingat ada ruang pemenggalan. Di ruangan ini terdapat alat penggal leher manusia dengan alas pasir di mana noda-noda darah masih terlihat bercecer dan memiliki akses langsung ke selokan air sehingga mayat bia langsung dibuang. 

Di beberapa titik tidak menyenangkan saya berjalan agak cepat. Hawa di sana sangat tidak bersahabat, berbeda dengan ruang-ruang di atasnya. 



Suasana Lawang Sewu kala malam hari, arsitektur kolonial yang cantik ;)

Besok paginya, kami berdua mengunjungi masjid agung Semarang. Waah masjid yang besar dengan payung-payung raksasa yang katanya dibuka setiap ibadah shalat Jum'at berlangsung. Subhanallah. Cuaca sangat panas, matahari sangat terik. Kami berakhir di tower yang menyediakan panorama view dan restauran dan museum Islam. Bahkan Dian pun belum pernah mendatanginya. 



Bangunan Masjid Agung Semarang dengan payung-payung



Tower yang bentuknya mirip minaret

Sepulangnya dari masjid agung saya meminta untuk mengunjungi teman SMA lainnya yang ada di sana, siapa lagi kalau bukan anak terjenius dan terpintar di kelas dulu yang berstudi teknikk Elektro Undip selain Ira Debora? :D 

Saya melepas rindu, kangen, dan olok-olok sampai sore dan hampir kehabisan bis. Akhirnya naik bisa apapun yang ada dan tinggal bisa patas AC, ah yasudahlah akhirnya dengan membli tiket di agen seharga 35.000 rupiah saya pulang menuju Jogja dan kali ini bisa tidur. Terimakasih Dian :) Kesan saya, kelap-kelip kota Semarang pada malam hari itu menyenangkan! 

Onew (SHINee) - In Your Eyes (For You in Full Blossom)


English Translation


I have been told once but
I felt the heart beating on that day
I know from the start
I was not sure what, we sounded like it is destiny
Love me and
Time will lead you
Forever without breaking up
I thought I was dreaming, like a real dream
Remember that day when we first met
Dazzling and radiant eyes and gave me such a day
Thank you for what you gave me
I know from the start
I was not sure what, we sounded like it’s destiny
Love me and
Time will lead you
Forever without breaking up
I thought I was dreaming, like a real dream.
Looking at me smiling to you
It was a good day
Why there are tears
In my eyes
Forever we will not break up
Always dream to hope that will not change the next day
Love stays
Our time to be together
Do not change, forever
Like a dream to me like a dream.
Remember that day when we first met
Strikingly radiant you for coming on such a day
I really thank you

Romanized


Dan hanbeondo malhan jeok eobtjiman
Sasil mallya nan geunare i simjangi ttwineungeol neukkyeosseo
Cheoeumbuteo nan al su isseosseo
Hwaksinhal sun eobseotjiman imi urin jeonghaejin unmyeong gatasseo
Sarangeun naegero wa
Neoreul ikkeuneun siganeuro
Yeongwonhi kkaeji annneun
Kkumman gatasseo jeongmal kkumman gataseo
Cheoeum mannan geunareul gieokhae
Nuni busige bitnadeon geureon nare naege wajwotdeon
Gomawo niga naege wajwoseo
Cheoeumbuteo nan al su isseosseo
Hwaksinhal sun eobseotjiman imi urin jeonghaejin unmyeong gatasseo
Sarangeun naegero wa
Neoreul ikkeuneun siganeuro
Yeongwonhi kkaeji annneun
Kkumman gatasseo jeongmal kkumman gataseo
Nal bomyeo utneun neo
Ireoke joheun nal
Wae nunmuri nalkka
Nae nuneneun
Yeongwonhi kkaeji anheul
Kkum igil barae neul byeonchi ankireul
Sarangi meomuneun got
Uri hamkke hal siganeuro
Yeongwonhi byeonchi anheul
Kkumman gatasseo naegen kkumman gataseo
Cheoeum mannan geunareul gieokhae
Nuni busige bitnadeon geureon nare niga wajwoseo
Gomawo jeongmal

Tae Yeon – Closer



TRANSLATION


There are so many things I couldn't say

You have never heard them before but
I’m not someone
who just loves anyone I see

Because among the many people in this world

I could only see you

I am standing here as I only see you

After this love, I don’t really know what will happen
Just like child who is always this way,
Will you warmly hold me right now?

Though someday your name might become strange

My heart will remember all the memories
Even if a painful separation comes between us
Let’s not think about that today

Because among the many people in this world

I could only see you

I am standing here as I only see you

After this love, I don’t really know what will happen
Just like child who is always this way,
Will you warmly hold me closer?

Now I’m not alone

Only you
who has come to me from that place-

Only you are my everything

After this love, I don’t really know what will happen
Just like child who is always this way,
Will you warmly hold me closer?

Closer
Warmer

Will you hold me?

ROMANIZATION

haji motan mari neomu manhayo

hanbeondo dangsineun deudji motaet jiman
nae ape boyeojin nugungal amuna saranghal
geureon sarameun anieyo

sesangui geu manheun saramdeul soge

naegen ojig geudaega boyeo jyeotgie

geudaeman bomyeo seo itneun georyo

i sarang huen nan jal moreugesseoyo
aju eorin aiga hangsang geureoha deusi
jigeum i sungan ttaseuhi ana jullaeyo

eonjengan natseon ireumi doe eodo

nae gaseumi geu chueogi da gieoghal tenikka
hogsirado apeun ibyeori ondaedo oneureun
geureon saenggageun haji mayo

i sesang geu manheun saramdeul soge

naegen ojig geudaega boyeo jyeotgie

geudaeman bomyeo seo itneun georyo

i sarang huen nan jal moreugesseoyo
aju eorin aiga hangsang geureoha deusi
jigeum i sungan ttaseuhi ana jullaeyo

ije nan honjaga anin geojyo

geu jarieseo oneul naege
on geudae mani

geudaeman naui jeonbu ingeoryo

i sarang huen nan jal moreu gesseoyo
aju eorin aiga hangsang geureoha deusi
deo gakkai deo ttaseuhi ana jullaeyo

deo gakkai

deo ttaseuhi
ana jullaeyo


Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang

Di hari Sabtu selo, ada empat bocah kost berisik yang berencana menyantroni salah satu lokasi air terjun dan gua yang terdapat di gunung kidul. Gue, Sindy, Vina, dan Wida yang sudah merencanakan sejak beberapa hari sebelumnya. Kebetulan gue sedang kedatangan tamu istimewa, yaitu Kiki, sahabat gue sejak SMP, wanita tangguh yang mampir ke Jogja untuk mengistirahatkan jiwa dan fisik terutama, karena Kiki baru saja memanjat Gunung Tertinggi di wilayah Indonesia tengah, yap, gunung Rinjani. 

Kiki sahabat gue yang sejak SMP ini memang sudah 'berlabel' anak karate ini juga anak pecinta alam di kampusnya fakultas Teknik Universitas Lampung. Awalnya Kiki akan melakukan marathon pendakian yang dimulai dari mendaki gunung Rinjani - Semeru - Sindoro - Sumbing berdua dengan temannya satu kampus teknik. Namun, apa daya fisik tidak bisa berbohong, kaki kiki yang tangguh itu runtuh juga, kakinya bengkak, yaaa gue juga sempet ngalamin, tapi karena itu gunung naik-turunnya seminggu, kakinya bengkak parah sampe gak tega rasanya. Akhirnya dia nginep di kost gue selama seminggu hitung-hitung melepas kangen, sedangkan temannya yang satu lagi melanjutkan pendakian ke gunung Sindoro-Sumbing. 

Akhirnya, Kiki gue ajak dan jadilah 5 bocah berisik jalan langsung menuju tempat di mana Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencana berada, di Playen, Gunung Kidul. Seperti biasa, perjalanan kita cukup clumsy karena di antara kita tidak ada yang mengerti jalan, hanya mengandalkan GPS smartphone. 

Untuk objek pertama seharusnya kami mengunjungi Goa Rancang Kencana terlebih dahulu, tapi dasar memang kami anak-anak gadis (maaf, cantik) yang nekat, kami suka sok tau (ini juga penyakit) sesampainya di playen dan mendapati post, sebenernya sih lebih berbentuk seperti post ronda ketimbang loket tiket wisata, kami bayar dan langsung jalan masuk dan melewatkan urutan pertama yang seharusnya goa Rancang dan langsung menuju si air terjun. 



Sampai di sana kami parkir motor setelah melewati jalan berdebu, lebih tepatnya sih berpasir putih yang di mana motor saya jadi makin serba putih, terimakasih tongfang. Oke, maaf, itu salah fokus. Seharusnya sih kita bisa menuju air terjunnya langsung melewati ladang, sawah, dan hutan yang sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi memang 5 anak gadis ini polos-polos dan langsung bayar tiket getek, aduh apa ya gue sebutnya? Semacam perahu yang dirakit menggunakan drum-drum di bagian bawahnya dan pakai mesin perahu gitu seharga 10.000.  Oke, ini pengalaman pertama di mana saya beberapa minggu kemudian mendatangi tempat itu dan memilih jalur darat untuk menuju air terjunnya secara gratis. Tapi memang feel yang didapat dari dua jalur itu berbeda.





Foto-foto yang bisa diambil dari atas getek saat berjalan.


Antri ayo antri masuk ke kapalnya, semoga gak kelebihan muatan. Sampai di air terjunnya sih sebenarnya sedikit iri dengan yang berenang di sana, pasalnya gue dan anak-anak gak bawa baju ganti, yaa walaupun setelah ke sana ke dua kalinya gue juga ga bawa baju ganti sih, maklum berenangnya publik :D  




Ini air terjunnya (ya, saya tau :| )


Setelah puas fotoan, ngemil di pinggir kali, eh sungai, kami balik lagi menggunakan getek tadi (apapun namanya itu) karena tadi sudah untuk bayar pulang-pergi. Tadinya mau iseng tanya, pak supir getek, minta diantar ke jogja sekalian dong, tapi gue urungkan niat, takut diangkat anak. 

Pulangnya barulah kita mampir ke goa Rancang dan hal pertama yang dikomentari bapak-bapak penyewa senter adalah "Wah, mbak-mbakya kebalik harusnya ke sini dulu baru ke air terjun, mbak". Oke, kita anak-anak gadis sok tau main jalan terus. 








Stalaktit, seharusnya kata mas-mas pemandunya itu berkilau


mas pemandu, ikut nampang saja, eh dia orang ugm lho tapi lupa darimana :D


*maaf foto-foto dengan celana jeans nya* *bows*